manajemen konflik !
Konflik yang muncul dalam teamwork yang merupakan akibat adanya perbedaan kepribadiaan,persepsi,pengalaman,tujuan,motivasi ataupun kepercayaan tiap anggota organisasi yang saling berinteraksi sosial dalam pekerjaan.
Tak dapat disangkal lagi apabila hingga kini kita makin akrab dengan konflik. Namun kini kita tak perlu lagi merasa takut dan ngeri mendengarnya. Karena, ternyata konflik yang terjadi tidak selamanya membawa akibat buruk sepanjang dapat dikelola dengan baik. Justru dengan adanya konflik akan memancing daya kreasi dan inovasi anggota organisasi baik secara individu maupun secara kolektif.
Banyak cara ataupun trik yang dapat diterapkan untuk mengatasi dan bahkan mengurangi sensitivitas anggota terhadap pemicu konflik potensial diantara mereka.berbagai macam training,seperti sensitivity training,diversity training program ataupun cross culture training,dapat dilakukan untuk menjawab masalah konflik sehingga sumber daya manusi dalam organisasi dapat memberikan manfaat yang lebih besar. disamping itu,organisasi juga perlu melakukan reorientasi fungsi manajemen sumber daya manusianya dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang senantiasa terjadi yaitu dengan cara :
manajemen harus mampu meredam persaingan yang sifatnya berlebihan (yang melahirkan konflik yang bersifat disfungsional) yang justru merusak spirit sinergisme organisasi tanpa melakukan continous re-empowerment. ada 6 tipe pengelolaan konflik yang dapat dipilih dalam penangan konflik yang muncul :
dalam masyarakat tradisional yang masih dipenuhi dengan nilai kesopanan,budaya saling membantu yang masih sangat kental,sangat ramah tamah dan sebagainya akan cenderung untuk menghindari konflik. berbeda dengan masyarakat yang besifat power seekers,maka cenderung untuk saling bersaing dalam menghadapi konflik yang muncul dengan berorientasi pada kekuasaan(power),wewenang(authority) dan kemakmuran secara ekonomis .
sedangkan organisasi atau seseorang yang berada dalam masyarakat yang bersifat egalitarians lebih menyukai gaya akomodasi dalam menyelesaikan konfliknya dengan menghargai pada keadilan,kesederajatan dan saling memaafkan.
Tak dapat disangkal lagi apabila hingga kini kita makin akrab dengan konflik. Namun kini kita tak perlu lagi merasa takut dan ngeri mendengarnya. Karena, ternyata konflik yang terjadi tidak selamanya membawa akibat buruk sepanjang dapat dikelola dengan baik. Justru dengan adanya konflik akan memancing daya kreasi dan inovasi anggota organisasi baik secara individu maupun secara kolektif.
Banyak cara ataupun trik yang dapat diterapkan untuk mengatasi dan bahkan mengurangi sensitivitas anggota terhadap pemicu konflik potensial diantara mereka.berbagai macam training,seperti sensitivity training,diversity training program ataupun cross culture training,dapat dilakukan untuk menjawab masalah konflik sehingga sumber daya manusi dalam organisasi dapat memberikan manfaat yang lebih besar. disamping itu,organisasi juga perlu melakukan reorientasi fungsi manajemen sumber daya manusianya dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang senantiasa terjadi yaitu dengan cara :
- membuat klarifikasi bisnis melalui analis,evaluasi dan kemungkinan solusi yang diperlukan
- realisasi internal manajemen sumber daya manusia (sebagai penyedia jasa,sebagai struktur fungsional dan sebagai manajemen organisasi)
- memiliki kompetensi manusia dan organisasi
manajemen harus mampu meredam persaingan yang sifatnya berlebihan (yang melahirkan konflik yang bersifat disfungsional) yang justru merusak spirit sinergisme organisasi tanpa melakukan continous re-empowerment. ada 6 tipe pengelolaan konflik yang dapat dipilih dalam penangan konflik yang muncul :
- AVOIDING adalah gaya seseorang atau organisasi yang cenderung menghindari terjadinya konflik. hal hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
- ACCOMODATING adalah mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat pendapat dan kepentingan pihak yang terlibat konflik,selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mementingkan kepentingan pihak lain atas dasar masukan yang diperoleh.
- COMPROMISING adalah gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak pihak yang berkonflik,sehingga kemudian menghasilkan solusi atas konflik yang sama sama memuaskan.
- COMPETING artinya pihak pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik,dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution).
- COLLABORATING dengan cara ini pihak pihak yang saling bertentangan akan sama sama memperoleh hasil yang memuaskan,karna justru mereka bekerja sama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan.
- CONGLOMERATION cara ini menggunakan kelima style dalam menyelesaikan masalah.
dalam masyarakat tradisional yang masih dipenuhi dengan nilai kesopanan,budaya saling membantu yang masih sangat kental,sangat ramah tamah dan sebagainya akan cenderung untuk menghindari konflik. berbeda dengan masyarakat yang besifat power seekers,maka cenderung untuk saling bersaing dalam menghadapi konflik yang muncul dengan berorientasi pada kekuasaan(power),wewenang(authority) dan kemakmuran secara ekonomis .
sedangkan organisasi atau seseorang yang berada dalam masyarakat yang bersifat egalitarians lebih menyukai gaya akomodasi dalam menyelesaikan konfliknya dengan menghargai pada keadilan,kesederajatan dan saling memaafkan.
0 Response to "manajemen konflik !"
Posting Komentar